Tangis Nabi Muhammad ﷺ: Kasih Sayang yang Tak Terhingga untuk Umatnya

Rasulullah ﷺ adalah sosok yang penuh kelembutan dan kasih sayang. Tidak hanya dalam tindakan dan ucapannya, tetapi juga dalam emosi yang beliau tunjukkan. Tangisan beliau bukanlah tanda kelemahan, melainkan bentuk kepedulian yang mendalam terhadap umatnya, keagungan Al-Qur’an, dan rasa takut kepada Allah ﷻ.

1. Tangisan Nabi Saat Mendengar Al-Qur’an

Abdullah bin Mas’ud menuturkan bahwa suatu hari Rasulullah ﷺ meminta dirinya untuk membacakan Al-Qur’an. Abdullah bin Mas’ud bertanya dengan heran, “Bagaimana saya membacakan (Al-Qur’an) untuk Anda, sedangkan (Al-Qur’an) diturunkan kepada Anda?” Rasulullah ﷺ menjawab:

“Aku ingin mendengarnya dari selain diriku.”

Maka, Abdullah bin Mas’ud pun membaca Surah An-Nisâ hingga sampai pada ayat:

“Maka bagaimanakah (keadaan orang kafir nanti), apabila Kami mendatangkan seseorang saksi (Rasul) dari setiap umat dan Kami mendatangkan kamu (Muhammad) sebagai saksi atas mereka?”
(QS. An-Nisâ: 41)

Mendengar ayat tersebut, Rasulullah ﷺ berkata, “Cukup!” dan Abdullah bin Mas’ud melihat air mata beliau mengalir. 😢

2. Tangisan Nabi karena Umatnya

Dalam suatu riwayat, Rasulullah ﷺ membaca doa Nabi Ibrahim:

“Ya Rabb, sesungguhnya berhala-berhala itu telah menyesatkan banyak manusia. Maka siapa yang mengikutiku, sesungguhnya dia termasuk golonganku.”
(QS. Ibrahim: 36)

Beliau juga membaca doa Nabi Isa:

“Jika Engkau mengazab mereka, sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba-Mu, dan jika Engkau mengampuni mereka, sesungguhnya Engkau Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”
(QS. Al-Maidah: 118)

Setelah membaca doa-doa tersebut, Rasulullah ﷺ mengangkat tangannya seraya berdoa:

“Ya Allah, umatku… umatku…”

Tangisan Rasulullah ﷺ begitu menyayat hati hingga Allah ﷻ mengutus Jibril untuk menanyakan sebab tangisan beliau, meskipun Allah Maha Mengetahui. Jibril pun datang kepada Rasulullah ﷺ dan bertanya. Rasulullah ﷺ menyampaikan bahwa beliau khawatir akan nasib umatnya di akhirat.

Allah ﷻ pun berfirman kepada Jibril:

“Wahai Jibril, temui Muhammad dan katakan kepadanya, ‘Kami akan meridhaimu berkenaan dengan umatmu dan tidak akan berbuat buruk kepadamu.’”

3. Tangisan Nabi dalam Shalat

Abdullah bin Syikhir berkata:

“Aku pernah melihat Rasulullah ﷺ mengerjakan shalat, sementara dari dada beliau terdengar suara seperti air mendidih karena tangisannya.”

Begitu juga dalam Perang Badar, Ali bin Abi Thalib menuturkan:

“Saat perang Badar, kami tak memiliki seorang pasukan berkuda pun selain Miqdad. Aku melihat tidak ada seorang pun yang bangun di malam hari selain Rasulullah ﷺ. Di bawah sebuah pohon, beliau mengerjakan shalat dan menangis hingga pagi tiba.”

Tangisan dalam shalat menunjukkan betapa dalamnya hubungan Rasulullah ﷺ dengan Allah ﷻ. Ketakutan dan harapannya kepada Allah menjadi contoh bagi kita semua untuk meningkatkan kualitas ibadah kita.

4. Pelajaran dari Tangisan Rasulullah ﷺ

Dari berbagai peristiwa di atas, ada beberapa hikmah yang dapat kita petik:

✅ Rasa takut kepada Allah – Rasulullah ﷺ menangis bukan karena kelemahan, tetapi karena rasa takutnya kepada Allah yang begitu mendalam. Kita sebagai umatnya harus meneladani sifat ini dalam kehidupan sehari-hari.

✅ Kecintaan dan kepedulian terhadap umatnya – Rasulullah ﷺ mengkhawatirkan nasib umatnya di akhirat. Sudahkah kita berusaha menjadi umat yang beliau harapkan?

✅ Tersentuhnya hati saat mendengar Al-Qur’an – Rasulullah ﷺ menangis saat mendengar ayat-ayat Al-Qur’an. Kita pun seharusnya berusaha memahami makna dan meresapi kandungan Al-Qur’an dalam kehidupan.

✅ Menangis dalam doa dan shalat – Tangisan dalam shalat adalah tanda hati yang lembut dan penuh keimanan. Sudahkah kita benar-benar meresapi shalat kita?

Kesimpulan

Tangisan Rasulullah ﷺ adalah bukti nyata kelembutan hati dan kasih sayangnya kepada umatnya. Beliau menangis saat mendengar Al-Qur’an, saat berdoa untuk umatnya, bahkan saat shalat di malam hari. Kisah ini menjadi pengingat bagi kita untuk lebih dekat dengan Allah, lebih peduli terhadap sesama, dan lebih meneladani akhlak mulia Rasulullah ﷺ.

Sudahkah hati kita tersentuh oleh ayat-ayat Allah? Sudahkah kita benar-benar bersiap menghadapi hari kesaksian kelak? Semoga kita termasuk umat yang mendapat syafaat beliau di akhirat. 🤲

Referenso: Air Mata Pembaca Al-Quran – Muhammad Syauman Ar-Ramli

Scroll to Top