
Banyak orang keliru ketika bersemangat menyatakan bahwa semua teori ilmiah terdapat dalam Al-Qur’an. Setiap kali muncul teori baru, mereka mencari bagian ayat yang cocok, lalu menakwilkannya sesuai dengan teori tersebut.
Padahal, ilmu pengetahuan berkembang seiring waktu. Teori yang dianggap benar hari ini bisa jadi keliru di masa depan. Karena itu, menafsirkan Al-Qur’an dengan teori ilmiah yang belum pasti adalah tindakan yang berisiko.
🔍 Al-Qur’an Bukan Kitab Sains
Al-Qur’an adalah kitab akidah dan petunjuk hidup, bukan kitab sains yang berisi teori-teori ilmiah. Namun, Al-Qur’an mendorong manusia untuk berpikir dan meneliti alam. Allah berfirman:
📖 “Dan mengapa mereka tidak memikirkan tentang (kejadian) diri mereka? Allah tidak menciptakan langit dan bumi serta apa yang ada di antara keduanya melainkan dengan tujuan yang benar dan dalam waktu yang ditentukan.” (QS. Ar-Rum: 8)
📖 “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, serta pergantian malam dan siang, terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal.” (QS. Ali Imran: 190)
🧠 Ilmu Pengetahuan dalam Perspektif Al-Qur’an
Al-Qur’an tidak menghambat perkembangan ilmu pengetahuan. Sebaliknya, ia membuka pintu penelitian dan mendorong manusia untuk memahami alam semesta.
Namun, teori ilmiah tidak boleh dijadikan standar untuk menafsirkan Al-Qur’an, karena teori bisa berubah, sedangkan Al-Qur’an bersifat mutlak dan abadi.
🔬 Isyarat Ilmiah dalam Al-Qur’an
Meskipun bukan kitab sains, Al-Qur’an berisi isyarat ilmiah yang terbukti kebenarannya, seperti:
🌱 Proses Penyerbukan
“Dan Kami telah meniupkan angin untuk mengawinkan (tumbuhan).” (QS. Al-Hijr: 22)
🔵 Air sebagai Sumber Kehidupan
“Kami jadikan segala sesuatu yang hidup berasal dari air.” (QS. Al-Anbiya: 30)
🧬 Embriologi
“Dia menciptakan manusia dari segumpal darah.” (QS. Al-‘Alaq: 2)
💨 Kurangnya Oksigen di Ketinggian
“Barangsiapa yang dikehendaki-Nya menjadi sesat, Dia jadikan dadanya sesak seakan-akan dia mendaki ke langit.”(QS. Al-An’am: 125)
Kesalahan dalam Menakwil Al-Qur’an Secara Ilmiah
Beberapa kesalahan dalam mengaitkan sains dengan Al-Qur’an antara lain:
-
- Mencocokkan teori yang belum final dengan ayat Al-Qur’an.
-
- Menjadikan sains sebagai standar kebenaran bagi Al-Qur’an.
-
- Menafsirkan ayat secara paksa agar sesuai dengan perkembangan sains.
Sayyid Quthb pernah mengingatkan bahwa Al-Qur’an bukanlah kitab sains, tetapi kitab petunjuk yang membimbing manusia menuju kehidupan yang benar. Upaya menyesuaikan ayat dengan teori ilmiah yang belum pasti justru merendahkan kemuliaan Al-Qur’an.
Kesimpulan
Kemukjizatan ilmiah Al-Qur’an bukan terletak pada cocoklogi dengan teori sains, tetapi dalam kemampuannya memberikan inspirasi bagi penelitian ilmiah tanpa pernah bertentangan dengan ilmu yang valid. Al-Qur’an bukanlah kitab sains, melainkan kitab yang membangun manusia agar selaras dengan hukum-hukum alam yang telah Allah tetapkan.
Referensi: Dasar – Dasar Ilmu Al-Qur’an – Syaikh Manna’ Al Qathan