Sejarah Terjemahan Awal Al-Qur’an ke Bahasa Eropa dan Cetakan Basel

Pendahuluan

Al-Qur’an merupakan kitab suci yang keasliannya tetap terjaga hingga saat ini. Namun, dalam sejarahnya, upaya penerjemahan Al-Qur’an ke berbagai bahasa telah mengalami banyak tantangan, terutama di dunia Barat. Hingga abad pertengahan, Gereja melarang peredaran Al-Qur’an dan hanya mengizinkan penerjemahan dengan disertai kritik terhadap isinya. Salah satu terjemahan Al-Qur’an yang pertama kali dibuat dalam bahasa Latin adalah karya Robert of Ketton, yang kemudian menjadi dasar bagi terjemahan-terjemahan Al-Qur’an ke berbagai bahasa Eropa lainnya.

1. Larangan Peredaran Al-Qur’an di Eropa

Sebelum adanya cetakan Al-Qur’an di dunia Barat, penyebaran Al-Qur’an mengalami berbagai hambatan. Paus Clemens VI pada tahun 1309 M menetapkan larangan peredaran Al-Qur’an di Eropa. Al-Qur’an hanya diizinkan beredar jika sudah disertai dengan komentar kritis yang menyangkal isinya. Kondisi ini mendorong penerjemahan Al-Qur’an ke dalam bahasa Latin dan Eropa sebagai bentuk studi kritik terhadap Islam.

2. Terjemahan Latin Pertama oleh Robert of Ketton

Terjemahan lengkap pertama Al-Qur’an ke dalam bahasa Latin dilakukan oleh Robert of Ketton di Toledo, Spanyol pada tahun 1143 M atas permintaan Peter the Venerable, seorang Abbot dari Cluny, Prancis. Terjemahan ini diberi judul Lex Mahumet Pseudoprophete yang berarti “Hukum Muhammad Sang Nabi Palsu.”

Robert of Ketton sendiri merupakan seorang teolog, ahli astronomi, dan pakar bahasa Arab asal Inggris yang pernah melakukan perjalanan ke Timur dan belajar berbagai ilmu dari dunia Islam. Meskipun ia memiliki latar belakang akademik yang kuat, penerjemahannya terhadap Al-Qur’an cenderung bias dan banyak melakukan distorsi makna.

3. Penerbitan di Basel dan Perkembangan Selanjutnya

Empat abad setelah terjemahan Robert of Ketton selesai, tepatnya pada tahun 1543 M, seorang pendeta bernama Theodore Bibliander menyunting dan menerbitkan terjemahan tersebut di Basel, Swiss. Cetakan ini terdiri dari tiga bagian utama:

1️⃣ Teks Al-Qur’an dalam terjemahan Latin
2️⃣ Komentar yang berisi kritik terhadap Al-Qur’an
3️⃣ Sejarah tentang bangsa Turki dan dunia Islam

Cetakan ini sangat sukses dan bahkan dicetak ulang pada tahun 1550 M, menunjukkan bahwa meskipun penuh dengan distorsi, terjemahan Robert of Ketton tetap menjadi standar bagi studi Al-Qur’an di Eropa selama berabad-abad. Bahkan, Martin Luther, tokoh Reformasi Protestan, turut memberikan pengantar dalam edisi ini.

4. Dampak Penerjemahan Ini terhadap Studi Islam di Eropa

Banyak terjemahan Al-Qur’an ke dalam bahasa Eropa lainnya yang hanya menerjemahkan ulang versi Robert of Ketton tanpa merujuk langsung ke bahasa Arab. Akibatnya, terjadi banyak kesalahan interpretasi dalam memahami isi Al-Qur’an. Beberapa terjemahan yang berbasis pada versi ini antara lain:

📌 Italia (1574 M)
📌 Jerman (1616 & 1623 M)
📌 Belanda (1641 M)

Menurut para sarjana modern, terjemahan ini memiliki banyak kekeliruan karena cenderung membesar-besarkan makna yang merugikan Islam, serta sering menerjemahkan teks dengan konotasi negatif. Meski begitu, terjemahan ini menjadi fondasi utama bagi studi kritik Al-Qur’an di Eropa selama berabad-abad.

5. Terjemahan Al-Qur’an Sebelum Era Eropa

Sebelum adanya terjemahan ke bahasa Latin dan Eropa, Al-Qur’an telah diterjemahkan ke dalam bahasa Persia pada abad ke-7 M oleh Salman Al-Farisi. Namun, penerjemahan ini hanya mencakup Surah Al-Fatihah secara tidak lengkap.

Selain itu, terdapat bukti bahwa Imperium Negus Abyssinia dan Bizantium (Hiraklius) telah menerima surat dari Nabi Muhammad ﷺ yang berisi ayat-ayat Al-Qur’an dalam bahasa mereka. Namun, surat-surat ini belum dicetak seperti Al-Qur’an terjemahan yang ada saat ini.

6. Cetakan Surat Yusuf di Leiden

Pada tahun 1617 M, seorang orientalis Belanda bernama Thomas Erpenius mencetak Surat Yusuf dari Al-Qur’an di Leiden. Cetakan ini disertai dengan dua terjemahan bahasa Latin:

✔️ Terjemahan literal (kata per kata)
✔️ Terjemahan bebas (hanya mengambil substansi)

Erpenius juga mendirikan percetakan dengan huruf Arab khusus yang dikenal sebagai Erpenian Type, yang menjadi standar dalam tipografi bahasa Arab di Eropa.

Kesimpulan

📌 Sejarah penerjemahan Al-Qur’an di Eropa awalnya lebih bertujuan untuk mengkaji dan mengkritik Islamdaripada memahami isinya secara obyektif.
📌 Robert of Ketton adalah orang pertama yang menerjemahkan Al-Qur’an ke bahasa Latin, dan terjemahannya menjadi standar selama berabad-abad meskipun penuh dengan distorsi dan kesalahan interpretasi.
📌 Cetakan Basel tahun 1543 M yang diedit oleh Theodore Bibliander memainkan peran penting dalam penyebaran Al-Qur’an di Eropa, tetapi tetap dalam konteks kritik terhadap Islam.
📌 Studi Islam di Eropa baru mengalami perubahan lebih obyektif setelah munculnya orientalis yang benar-benar mendalami bahasa Arab secara lebih jujur.

Referensi: Sejarah Pencetakan Al-Qur’an – Hamam Faizin, MA.

Scroll to Top