
Adab dalam Menghadiri Halaqoh Al-Quran
✍🏻 Ustadz Afit Iqwanudin حفظه الله تعالى
Menghiasi diri dengan adab dan akhlaq mulia merupakan bekal utama seorang penuntut ilmu. Sebab saat seorang guru ridho dengan perangai si murid, maka ilmu beserta keberkahannya akan semakin mudah untuk diraih. Tak heran jika para ulama seringkali menggaungkan sebuah ungkapan:
الأدب قبل العلم
“Mempelajari adab terlebih dahulu sebelum ilmu”.
Oleh karena itu, seyogyanya setiap muslim mempelajari adab terlebih dahulu sebelum menghadiri majlis ilmu, tak terkecuali halaqot Al-Quran. Beberapa adab yang perlu diperhatikan adalah:
• Ikhlas.
Ikhlas merupakan kunci utama agar amalan diterima. Meskipun kita sudah sering mendengar kalimat ini, nyatanya meraih keikhlasan tak semudah membalikkan telapak tangan, bahkan jauh lebih berat dari mengangkat batu yang besar. Imam Sufyan bn ‘Uyainah rohimahulloh pernah mengungkapkan:
ما عالجت شيئاً أشد عليَّ من نيّتي، أنها تتقلب عليَّ
“Tak ada sesuatu yang lebih sulit untuk aku obati melebihi niatku, sebab ia terus berubah-ubah”
• Berpakaian yang rapih.
Kenakanlah pakaian yang bersih dan rapi, akan jauh lebih baik jika memakai wewangian. Disamping kita akan merasa nyaman, sang guru pun akan lebih mudah berkonsentrasi saat menyimak bacaan kita.
• Mengucapkan salam.
Saat sudah cukup dekat dengan halaqot, ucapkanlah salam kepada hadirin yang ada. Mendekatlah kepada sang guru sembari menjabat tangannya dengan penuh hormat sebelum hadirin yang lain.
• Cari tempat duduk yang baik.
Jika kita datang terlambat atau sudah banyak yang mendahului, maka berusahalah untuk tidak duduk di tempat sempit yang akan membuat murid lain terganggu. Selain itu, jauhilah melangkahi pundak orang lain saat mencari tempat duduk.
• Persiapan yang matang.
Pastikan diri kita dalam keadaan siap saat menghadiri halaqot, baik dari segi hafalan yang akan kita baca ataupun keadaan kita. Jangan sampai kita datang dalam keadaan pikiran yang kalut atau dalam keadaan mata masih terkantuk-kantuk.
• Menghormati guru.
Jika kita mendapati beliau melakukan kesalahan, entah terlambat hadir, tidak datang tanpa alasan atau salah dalam membenarkan bacaan dan semisalnya, maka jangan sampai kita langsung merpetanyakan kredibilitasnya. Sebab hal itu akan membuat kita sulit untuk menyerap ilmu beliau. Berikanlah sepuluh atau bahkan 100 udzur kepada beliau.
• Tutupi aibnya.
Jangan sampai menceritakan atau menyebarkan aib beliau kepada orang lain. Dalam rangka menjauhi hal ini, sebagian ahli ilmu biasa bersedekah terlebih dahulu ditengah perjalanan menuju majlis sembari berdoa:
اللهم استر عيب معلمي عني، ولا تذهب بركة علمه مني
“Ya Allah, tutupilah aib guruku dariku, dan jangan Engkau hilangkan barokah ilmunya dariku”
• Hindari menyebut guru lain yang berbeda pendapat.
Seorang guru atau ustadz hanyalah manusia biasa, dan sangat mungkin rasa dengki bisa merasuk kedalam hatinya. Sebagai murid yang bijak, hendaknya kita tidak membandingkan pendapat beliau dengan pendapat ustadz lain yang sebaya dengannya. Sebab hal tersebut bisa membuka pintu bagi setan untuk menyisipkan rasa iri dan dengki.
• Duduk dengan tenang dan hikmat.
Duduklah dengan tenang, hindari ngobrol dengan murid yang lain, apalagi sampai tertawa dengan keras. Saat sang guru bertanya, jawablah dengan cara yang baik dan sopan.
• Bersabar terhadap sang guru.
Jika kita merasa sang guru sedikit keras dalam mengajar, maka hendaknya kita bersabar. Janganlah menjadi penuntut ilmu yang cengeng dengan langsung enggan datang kembali keesokan harinya.
Semoga Allah subhanahu wata’ala memudahkan langkah kita dalam menuntut ilmu. Aamiin.
Wallahu a’lam.
Referensi:
Munjid Al-Muqriin, Ibnul Jazari