Siapa Sosok Pertama yang Mengumpulkan Al-Qur’an?

Upaya pengumpulan Al-Qur’an menjadi satu mushaf merupakan salah satu momen paling krusial dalam sejarah Islam, yang terjadi pada masa genting pasca wafatnya Nabi Muhammad ﷺ. Proses ini adalah ikhtiar para sahabat untuk mengumpulkan wahyu yang sebelumnya tercecer dalam berbagai catatan dan hafalan. Namun, siapa sebenarnya sosok pertama yang menginisiasi proyek monumental ini? Sejarah ternyata mencatat lebih dari satu narasi.

Narasi Populer: Inisiasi di Masa Abu Bakar

Kisah yang paling populer dan diterima secara luas berasal dari riwayat Imam al-Bukhari. Narasi ini menceritakan bagaimana Zaid bin Tsabit ditugaskan oleh Khalifah Abu Bakar as-Siddiq untuk memimpin proyek pengumpulan Al-Qur’an.

Kutipan dari Shahih al-Bukhari menceritakan:

Umar bin Khatthab mendatangi Abu Bakar setelah banyak para penghafal Al-Qur’an (qurra’) gugur dalam Perang Yamamah. Umar menyuarakan kekhawatirannya bahwa Al-Qur’an bisa hilang jika para penghafal terus berguguran, dan mendesak Abu Bakar untuk memerintahkan pengumpulannya. Awalnya, Abu Bakar ragu melakukan sesuatu yang tidak pernah dilakukan Rasulullah ﷺ, namun Umar terus meyakinkannya hingga Allah melapangkan hati Abu Bakar.

Kemudian, Abu Bakar memanggil Zaid bin Tsabit, seorang pemuda cerdas yang merupakan penulis wahyu Nabi. Abu Bakar berkata, “Telusurilah Al-Qur’an dan kumpulkanlah.” Zaid pun merasakan betapa beratnya amanah tersebut, bahkan ia berkata, “Demi Allah, seandainya engkau menyuruhku memindahkan gunung, tidak lebih berat bagiku daripada mengumpulkan Al-Qur’an.”

Akhirnya, Zaid pun memulai tugasnya, mengumpulkan Al-Qur’an dari pelepah kurma, batu-batu tulis, dan hafalan para sahabat. Suhuf (lembaran) yang terkumpul itu kemudian disimpan oleh Abu Bakar, lalu di tangan Umar, dan terakhir di tangan Hafshah bint Umar.

Riwayat ini menjadi landasan utama bagi mayoritas ulama Ulum Al-Qur’an pasca abad ke-4 Hijriah, seperti Imam as-Suyuthi hingga ulama kontemporer, yang meyakini bahwa Abu Bakar adalah orang pertama yang melakukannya.

Perspektif Lain: Riwayat Sebelum Era Dominasi al-Bukhari

Namun, jika kita menilik catatan yang lebih awal, seperti kitab Kitâb al-Mashâif karya Ibn Abi Dawud as-Sijistani (w. 316 H), kita menemukan spektrum riwayat yang lebih beragam. As-Sijistani tidak menggunakan riwayat al-Bukhari, kemungkinan karena pada masanya, Shahih al-Bukhari belum mencapai status kanonik seperti sekarang.

As-Sijistani menyajikan setidaknya 24 riwayat berbeda yang dapat diklasifikasikan ke dalam tiga kategori utama mengenai siapa pengumpul pertama Al-Qur’an.

Kategori #1: Abu Bakar as-Siddiq

Sebanyak 17 riwayat menyebut Abu Bakar sebagai pelopor. Namun, detailnya berbeda dari versi al-Bukhari.

  • Versi Pertama: Sama seperti riwayat al-Bukhari, inisiatornya adalah Umar.
  • Versi Kedua: Inisiatornya adalah Abu Bakar sendiri, yang khawatir atas banyaknya qurra’ yang wafat. Ia kemudian menugaskan Umar bin Khatthab dan Zaid bin Tsabit untuk duduk di depan masjid dan menuliskan ayat dari siapa pun yang datang dengan dua saksi. Versi ini mengindikasikan tim kerja dan fokus pada verifikasi hafalan.

Kategori #2: Umar bin Khatthab

Enam riwayat menyebutkan Umar bin Khatthab sebagai orang pertama yang menggagas dan memerintahkan pengumpulan Al-Qur’an. Salah satu riwayat menceritakan pemicunya adalah ketika Umar bertanya tentang sebuah ayat, lalu dijawab bahwa ayat itu ada pada hafalan seseorang yang telah gugur di Perang Yamamah. Seketika itu, Umar memerintahkan pengumpulan Al-Qur’an.

Versi lain menyebutkan bahwa saat menjadi khalifah, Umar memerintahkan penulisan mushaf dengan instruksi spesifik: “Apabila kalian berselisih tentang dialek, maka gunakanlah dialek Mudhar, karena sesungguhnya Al-Qur’an turun kepada orang dari suku Mudhar.”

Kategori #3: Ali bin Abi Thalib

Satu riwayat yang dikutip as-Sijistani menyebutkan bahwa Ali bin Abi Thalib adalah orang pertama yang menyusun Al-Qur’an. Disebutkan bahwa ketika Nabi wafat, Ali bersumpah tidak akan keluar rumah sebelum menyelesaikan pengumpulan Al-Qur’an. Hal ini juga yang disebut menjadi salah satu alasan keterlambatan baiatnya kepada Abu Bakar.

Versi ini diyakini kuat oleh kalangan Syiah, yang mengenal adanya “Mushaf Imam Ali” yang diyakini disusun berdasarkan kronologi turunnya wahyu.

Kesimpulan: Upaya Krusial di Masa Genting

Terlepas dari perdebatan siapa individu pertama—apakah Abu Bakar, Umar, atau Ali—semua riwayat sepakat pada satu hal: proyek pengumpulan Al-Qur’an adalah sebuah upaya penyelamatan darurat yang dilakukan pada masa yang sangat genting. Inisiatif ini memastikan firman Allah tetap terjaga dalam bentuk dokumen tertulis yang utuh, meskipun formatnya belum tersusun sistematis seperti mushaf yang kita kenal hari ini, yang penyempurnaannya terjadi pada masa Utsman bin Affan.

Konstruksi Sejarah Mushaf Al-Quran Abad Pertama Islam – Wildan Imaduddin Muhammad

Scroll to Top