Sejarah Mushaf Al-Qur’an di Indonesia: Dari Penyalinan Tangan Hingga Cetakan Pra-Kemerdekaan

📜 Pendahuluan

Sejarah mushaf Al-Qur’an di Indonesia telah dimulai sejak zaman kerajaan-kerajaan Islam pertama di Nusantara. Sebelum adanya pencetakan mushaf secara modern, Al-Qur’an di Nusantara disalin secara manual oleh para ulama dan santri di berbagai wilayah. Mushaf-mushaf tersebut memiliki karakteristik khas dan menjadi bagian dari perkembangan Islam di Indonesia.

Sebelum Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an berdiri pada tahun 1957, penyalinan dan pentashihan mushaf sudah terjadi secara luas di Nusantara. Beberapa mushaf tertua yang ditemukan berasal dari abad ke-16 dan menunjukkan bahwa penyalinan Al-Qur’an telah berkembang jauh sebelum era percetakan.


📖 Mushaf Tertua di Nusantara

📌 Beberapa mushaf tertua yang ditemukan di Indonesia:
✅ Mushaf koleksi Wiliam Marsden (1585 M) â€“ Diduga berasal dari Sumatera.
✅ Mushaf Johor (1606 M) â€“ Berasal dari kawasan Johor, disimpan di Belanda.
✅ Mushaf Masjid Agung Banten (1553 M) â€“ Diklaim sebagai mushaf tertua di Nusantara, tetapi masih diperdebatkan keasliannya.

🔹 Penelitian Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an (2011-2014) menemukan 422 mushaf kuno yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia.
🔹 Pusat Penelitian Lektur Keagamaan (2003-2005) menemukan 658 naskah mushaf kuno, dengan 455 naskah tersimpan di dalam negeri dan 203 di luar negeri.

Mushaf-mushaf tersebut tersebar di berbagai wilayah seperti Aceh, Sumatera Barat, Riau, Banten, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, hingga Maluku.


📜 Mushaf Sultan Ternate dan Tradisi Penyalinan di Nusantara

📌 Mushaf Sultan Ternate yang ditemukan di Ambon sempat diklaim sebagai mushaf tertua di Indonesia. Mushaf ini ditulis oleh Faqih al-Salih ‘Afif al-Din ‘Abd al-Baqri bin ‘Abd Allah al-‘Adni pada tahun 1585 M (1005 H) di Pulau Ambon.

Namun, penelitian terbaru menyebutkan bahwa mushaf tertua di Indonesia yang lebih dapat dipertanggungjawabkan adalah:
✅ Mushaf tahun 1731 M â€“ Disimpan di Perpustakaan Nasional.
✅ Mushaf tahun 1753 M â€“ Disimpan di Masjid Sultan Riau, Pulau Penyengat.

📌 Karakteristik Mushaf Kuno di Nusantara:
🔹 Tidak konsisten dalam menggunakan rasm ‘Utsmani, beberapa menggunakan sistem gabungan dengan imlâ’î (kaidah penulisan Arab standar).
🔹 Memiliki gaya khat khas, dengan pengaruh dari Timur Tengah dan India.
🔹 Sering kali dihias dengan ornamen khas Melayu atau Jawa.


📖 Percetakan Mushaf di Indonesia Sebelum Kemerdekaan

Pada awal abad ke-20, Indonesia mulai mencetak mushaf Al-Qur’an secara massal. Sejak 1933, beberapa penerbit telah memproduksi mushaf yang ditashih oleh para ulama.

📌 Beberapa mushaf cetak awal di Indonesia:
✅ Mushaf Cetakan Matba’ah al-Islamiyah Bukittinggi (1933 M)
📌 Ditashih oleh Syekh Sulaiman ar-Rasuli dan Haji Abdul Malik.

✅ Mushaf Cetakan Abdullah bin Afif Cirebon (1933 M / 1352 H)
📌 Ditashih oleh Muhammad Usman dan Ahmad al-Badawi Kaliwungu, Kendal, Jawa Tengah.

📌 Organisasi dan lembaga yang berperan dalam pentashihan mushaf:
🔹 Lajnah Taftish al-Masâhif al-Sharifah (1951) â€“ Dikoordinasi oleh Menteri Agama RI, dipimpin oleh Prof. K.H. R. Muhammad Adnan.
🔹 Jam’iyyatul Qurra’ wal-Huffadz (JQH) â€“ Lembaga kemasyarakatan yang juga melakukan pentashihan.
🔹 Pencetakan Mushaf oleh Jepang (1942-1945) â€“ Selama pendudukan Jepang, sebanyak 6 juta eksemplar mushaf Al-Qur’an dicetak.


📜 Mushaf Afif Cirebon dan Salim Nabhan: Dua Mushaf Paling Berpengaruh

📌 Dua mushaf cetakan pra-kemerdekaan yang paling berpengaruh adalah:

📖 Mushaf Afif Cirebon (1932 M)

✅ Ditulis dengan model khat Bombay, yang memiliki huruf tebal dan gemuk.
✅ Ditashih oleh ulama dari Jawa Tengah, seperti K.H. Ahmad Badawi, H. Muhammad Usman, K.H. Raden Asnawi, dan K.H. Abdullah.

📖 Mushaf Salim Nabhan Surabaya (1952 M)

✅ Menggunakan model khat Bombay, serupa dengan mushaf Afif Cirebon.
✅ Ditashih oleh ulama dari Jawa Timur, seperti Ustaz Hasan Ahmad Bangil, K.H. Ihsan Jampes Kediri, dan K.H. M. Adlan Cukir Jombang.

📌 Perbedaan antara kedua mushaf ini:
🔹 Afif Cirebon menulis kata “shalât” dengan huruf “waw” (صلوتهم).
🔹 Salim Nabhan menulis kata “shalât” dengan huruf “alif” (صلاتهم) sesuai dengan kaidah rasm ‘Utsmani.


📖 Kesimpulan

📖 Sejarah mushaf Al-Qur’an di Indonesia telah berlangsung selama berabad-abad, dari penyalinan tangan hingga percetakan modern.

📖 Sebelum kemerdekaan, mushaf cetak telah berkembang dan menjadi standar bagi umat Islam di Indonesia.

📖 Lembaga-lembaga pentashihan mulai bermunculan sejak awal abad ke-20, memastikan keakuratan mushaf yang beredar.

📖 Keunikan mushaf-mushaf kuno Nusantara menunjukkan bahwa Islam telah menyebar luas di Indonesia dengan karakteristik khasnya.

Referensi: Perbedaan Rasm Usmani – Dr. Zainal Arifin Madzkur, MA.

Scroll to Top