Sejarah Pencetakan Al-Qur’an di Hamburg

Pencetakan Al-Qur’an di dunia Barat mengalami berbagai fase dan perkembangan yang menarik, salah satunya adalah pencetakan yang dilakukan di Hamburg pada tahun 1694 oleh Abraham Hinckelmann, seorang Kepala Pastur yang memiliki latar belakang dalam studi Oriental di Wittenberg. Pencetakan ini menjadi salah satu tonggak sejarah dalam dokumentasi teks Al-Qur’an di Eropa.

Abraham Hinckelmann dan Cetakan Al-Qur’an di Hamburg (1694)

Abraham Hinckelmann (1652-1692) adalah seorang akademisi yang memiliki ketertarikan besar terhadap manuskrip Islam, terutama Al-Qur’an. Dengan koleksi manuskrip yang berhasil ia kumpulkan, ia menerbitkan teks Al-Qur’an tanpa terjemahan dengan judul:
📜 Alcoranus s. Lex Islamitica Muhammadis, filii Abdallae Pseudoprophetae

Ciri khas dari cetakan ini adalah:
✅ Menggunakan bahasa Arab dalam teks aslinya.
✅ Tidak disertai terjemahan karena ditujukan untuk kajian filologi.
✅ Dilengkapi dengan kata pengantar dalam bahasa Latin.

Edisi Ludovico Maracci (1698): Al-Qur’an dengan Terjemahan Latin

Empat tahun setelahnya, pada tahun 1698, cetakan Hinckelmann ini disempurnakan oleh Pendeta Ludovico Maracci. Ia menambahkan:
📖 Terjemahan Latin untuk mendukung kajian teologis di Eropa.
📖 Teks asli dalam bahasa Arab bersama dengan tafsir-tafsir Islam.
📖 Komentar dan bantahan terhadap Islam dari perspektif Kristen.

Edisi ini lebih dikenal sebagai Alcorani Textus Universus, yang kemudian dicetak ulang dalam format lebih kecil oleh Christian Reineccius di Leipzig pada tahun 1721.

Perkembangan Lanjutan: Poliglot Al-Qur’an (1701)

Pada tahun 1701, Andreas Acoluthus dari Breslau menerbitkan versi poliglot Al-Qur’an yang unik, yakni mencetak Surat Al-Fatihah dalam tiga bahasa sekaligus:
🕌 Arab
🕌 Persia
🕌 Turki

Hal ini menandai semakin berkembangnya studi Islam dan Al-Qur’an di kalangan orientalis Eropa.

Kesimpulan

📌 Sejarah pencetakan Al-Qur’an di Eropa mencerminkan bagaimana para akademisi Barat mempelajari teks suci ini dari sudut pandang linguistik, filologi, hingga teologi.
📌 Awalnya, Al-Qur’an hanya dicetak dalam bahasa Arab tanpa terjemahan, tetapi kemudian berkembang dengan tambahan tafsir dan kritik dari para orientalis.
📌 Meski bertujuan akademis dan teologis, pencetakan ini turut berkontribusi dalam menyebarluaskan Al-Qur’an di dunia Barat.

Referensi: Sejarah Pencetakan Al-Qur’an – Hamam Faizin, MA.

Scroll to Top